Review Deadpool: Hero Yang Tak Layak Jadi Panutan
Tahun ini mungkin jadi tahun yang cukup menarik di dunia perfilman, karena pada bulan Februari ini ada sebuah film yang sangat ditunggu-tunggu. Bukan film drama romansa yang sengaja dipersiapkan untuk moment valentine seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi tahun ini ada satu karakter superhero (anti-hero lebih tepatnya) dari Marvel yang menghentak layar lebar untuk pertama kalinya, yaitu Deadpool.
Sebelum mengulas keseluruhan film, saya ingin menggambarkan terlebih dahulu kondisi kacamata saya sebagai seorang penonton yang menyaksikan film superhero konyol yang satu ini. Saya datang sebagai penonton yang tak tahu banyak soal Deadpool, kecuali sebatas seorang karakter Marvel yang berkostum merah dan bernama asli Wade Wilson. Mungkin sebagian dari anda yang menyaksikan film ini sudah tahu banyak tentang karakter Deadpool bahkan seluruh kaitannya dengan Marvel Universe.
Ya, tentu saja Deadpool membawa semua aspek yang sudah diantispasi sebelum peluncuran filmnya. Dark humor sense, kata-kata vulgar sepanjang film, hingga analogi-analogi tak masuk akal, semua sudah jadi satu paket yang wajib yang bahkan memang telah ditunggu oleh para penontonnya. Tak heran jika film ini di beri rating dewasa. Bahkan bagi anda yang masih mengira film bertema superhero selalu bisa ditonton oleh semua umur, but not for this movie. Deadpool benar-benar film DEWASA !
Mari Mengenal Deadpool
Deadpool sebelumnya pernah tampil sebagai karakter pembantu, mungkin bagi anda yang pernah menyaksikan X-Men Origin Wolverine sudah tak begitu asing dengan superhero berbalut kostum merah ini. Namun tentu tak banyak yang bisa digali mengenai karakter Deadpool sesungguhnya. Maka untuk film solo perdananya pengenalan karakter Deadpool tentu harus lebih dalam. Siapakah Wade Wilson, dari mana ia berasal, apa motivasinya menjadi pria misterius dibalik topeng merah, semuanya dibahas cukup lengkap dalam film ini. Bisa dibilang untuk cerita film pertama Deadpool ini tidak akan menyuguhkan berbagai macam plot twist, melainkan sebagai pengenalan si Deadpool alias Wade Wilson. Jadi anda pula tak perlu khawatir, jika tak begitu mengerti jalan cerita hanya karena tidak tahu banyak soal Deadpool dari cerita komik, ataupun kaitannya dengan Marvel Universe
Tapi yang mungkin agak sukar dimengerti justru bukan dari jalan cerita yang dihadirkan. Melainkan celetukan jokes yang keluar dari mulut si Wade Wilson. Karena tak jarang ia menyebutkan hal-hal aneh, yang mungkin hanya akan anda mengerti jika anda juga memiliki banyak referensi film. Tak jarang Wade membahas sesuatu yang berkaitan dengan aktor atau film lain, layaknya behind the scene sebuah film. Atau istilahnya Break the 4th Wall, ketika sang karakter memahami bahwa dirinya hanyalah sebuah tokoh yang hidup di sebuah kisah komik atau adegan film.
Lalu sekeras dan sekasar apa adegan action yang dihadirkan di film ini ? Mungkin untuk sekedar penggambaran, secara aksi film ini bisa disandingkan dengan film Kick Ass namun dengan level yang sedikit lebih tinggi. Banyak adegan baku hantam dan baku tembak yang penuh simbah darah, tapi tak sampai level Gory, yang memaksa anda menutup mata atau mulut karena terlalu ngeri. Well, Deadpool memang bukan superhero yang baik, mungkin juga jahat, tapi ia membunuh orang-orang yang lebih jahat.
Tak melulu soal comedy vulgar dan kekerasan, Deadpool juga punya unsur lain yaitu drama romansa. Mungkin tak seheboh kisah cinta para vampir di film Twilight, tapi romansa antara Wade Wilson dan Vanessa tetap jadi unsur penting yang menambah film semakin kompleks. Tampaknya soal asmara menjadi satu kelemahan yang tidak pernah luput dari semua karatkter hero. Untungnya kisah asmara yang digambarkan juga tidak begitu melankolis, yang terkadang justru membuat nilai minus pada film.
Maksimal dari Ryan Reynolds
Tidak banyak komentar untuk Ryan Reynolds sebagai pemeran Deadpool. Kelihatanya sang aktor memang sudah sangat senang mendapatkan kesempatan untuk memerankan karakter yang ia mainkan kali ini. Sehingga semua penjiwaan untuk karakter Deadpool cukup melekat dan terasa maksimal. Untuk menjadi hero pembunuh yang cukup gila, pastinya berbeda dengan hero sopan Green Lantern yang dulu pernah ia mainkan. Tapi Reynolds sendiri pernah memainkan karakter yang juga tak kalah gila di film The Voices, dimana ia berperan sebagai psikopat berwajah polos bernama Jerry.
Sementara yang juga cukup menarik disoroti justru adalah kolaborasi Deadpool dengan karakter X-Men, Colossus dan juga Negasonic Teenage Warhead. Deadpool yang penuh kesan jenaka, dipadukan dengan dua karakter X-Men yang penuh kesan serius, menjadikan kolaborasi adegan yang aneh dan anti mainstream. Sementara untuk rival utama Deadpool di film ini sendiri memang belum terlihat begitu powerfull. Namun Francis, ilmuan yang mengubah Wade Wilson ini punya banyak pasukan yang tentu merepotkan untuk ditaklukan.
Dan Morena Baccarin yang memerankan Vanessa, kekasih Wade, she’s a very hot girl. Tak salah pilih jika ia jadi pemeran pendamping Ryan Reynolds untuk film ini. Kesan penuh sensualitas namun terlihat begitu natural membuat pandangan mata sulit untuk beralih.
Selain itu, ada pula karakterpembantu lain yang tak kalah kocak. Mulai dari supir taksi yang selalu mengantar Deadpool, hingga nenek buta yang tinggal bersama Deadpool.
Di bagian ending seperti yang sudah diwanti-wanti sebelumnya, akan ada post credit yang rugi jika sampai anda lewatkan. Pastikan anda jangan pulang dahulu sebelum menyaksikan dua post-credit scene di bagian akhir film. Karena dibagian akhir tersebut, Deadpool juga sedikit memberi bocoran untuk sekuel film berikutnya. Deadpool mulai tayang di tanah air 10 Februari 2015.
sumber : jagatreview
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar