Diposting oleh Unknown on Jumat, 14 April 2017

Review Beauty and the Beast – Jatuh Cinta Lagi pada Emma Watson

 

Beauty and the Beast Review

Sudah cukup banyak animasi klasik milik Disney yang telah dibuat ulang ke dalam versi live-action. Namun, Beauty and the Beast merupakan yang paling -dan sangat- dekat dengan aslinya. Mereka pun berhasil membuat momen yang sama menjadi lebih luar biasa.

Melalui proyek-proyek remake animasi mereka, yang beberapa melibatkan seorang putri, Disney terlihat ingin mengambil sisi lain dari kisah-kisah yang pernah mereka tuturkan. Malevicent contohnya, Disney mengambil tokoh antagonis di Sleeping Beauty tersebut sebagai tokoh sentral. Akibatnya, nada dari film tersebut pun otomatis lebih gelap.
Ambil lagi Snow White and the Huntsman, yang sepertinya cukup mengambil jarak dengan versi asli animasinya. Tak ada nyanyi dan tari-tarian di sana, diganti dengan adanya adegan peperangan yang lumayan epik.
Beauty and the Beast tak mendapatkan perlakuan demikian. Disney mengambil penuh apa yang ada di versi animasinya, ditambah dengan bumbu-bumbu lagu serta adegan baru, dan jadilah! Secara umum tak ada plot yang berbeda dan lagu-lagunya sangat familier (bahkan untuk saya yang hanya sekali menonton versi animasinya). Ya, betul. Disney seperti menerjemahkan versi animasi secara gamblang ke dalam live-action.
Tapi hasilnya luar biasa. Setiap lagu, setiap adegan, terasa dua kali lebih megah, lebih indah. Belle, sang personifikasi kecantikan yang terpancar dari kecerdasan, mampu dicerminkan oleh sosok Emma Watson. Tentu peran Emma sebagai Hermione Granger di seri Harry Potter sangat membantu citra itu, tanpa mengesampingkan kecerdasan sang aktris, yang memang berprestasi akademik.
Gaston, sang antagonis, bagi saya adalah bintang dari Beauty and the Beast versi terbaru ini. Luke Evans dengan tangkas memerankan penjahat macho yang berambisi menikahi Belle, dengan performanya di setiap koreografi lagu begitu memukau. Aksi Gaston dan LeFou ketika bernyanyi sangat sangat berhasil menghibur saya.

Akting Terbatas dari Emma Watson

Beauty and the Beast Review
Walaupun mampu menghadirkan aura Belle yang cerdas, Beauty and the Beast terasa belum memaksimalkan kemampuan akting dari Emma Watson. Di luar adegan menyanyi dan menari ala Disney, Emma terlihat oke. Namun, performanya dalam adegan musikal menurut saya kurang maksimal (tapi suaranya bagus kok). Mungkin saja karena dibayangi oleh performa fenomenal Luke Evans.
Cerita dan karakter Belle sendiri sebenarnya memang kurang memberi ruang bagi Emma. Karakternya cuma senyum penuh arti dan menjadi wanita kuat, yang sudah menjadi bagian dari diri Emma sendiri di kehidupan nyata. Saya merasa karakter-karakter pendukung seperti Lumiere dan Clogsworth malah lebih menonjol walaupun mereka hadir dalam bentuk CGI. Tak heran sih, karena yang memerankan mereka adalah aktor sekelas Ewan McGregor dan Ian McKellen.

Begitu juga dengan sang Beast, yang sampai kredit bergulir tak sempat saya dengar nama aslinya*. Dua sejoli Belle dan Beast memang menjadi sentral cerita, tapi para karakter pendukungnya lah yang membuat film ini begitu megah.
Walaupun begitu, interaksi antara Belle dan Beast tetap mampu menyentuh hati (dan gelak tawa). Emma Watson, yang tak pernah terlihat bertambah usia, mampu meluluhkan kembali hati saya sejak ia menjadi penyihir di Harry Potter. Memang aktingnya tidak luar biasa, tapi saya tak bisa memikirkan aktris mana lagi yang lebih cocok memerankan Belle.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar