Review Film: 'Life' (2015)

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 15 April 2017

1

Review Film: 'Life' (2015)

Anton Corbijn merangkai komposisi gambar yang sangat stylish, hampir di setiap adegan. Dalam 'Life', visual tampil lebih menarik dibanding narasi.

“I want to capture his awkwardness. It's pure.”
— Dennis Stock
Saya merasa ada sedikit indikasi homoseksualitas antara ikon anak muda abad 20, James Dean dengan fotografer majalah Life, Dennis Stock dalam interaksi singkat mereka pada tahun 1955. Saya tak ingin berspekulasi, tapi hubungan mereka ganjil. Lihat tatapan kikuk dari Stock saat Dean bercumbu dengan pacarnya atau kecanggungan saat mereka memilih rekan dansa. Ketika Dean apatis dengan obsesi Stock, kenapa Stock ngambek? Apakah perasaannya terluka? Bukankah hubungan ini sebatas profesi?

Anton Corbijn mungkin adalah sutradara yang paling cocok untuk mengarahkan Life. Alih-alih menjadi biopik, film ini menyoroti hubungan antara fotografer dengan subyeknya. Kita mengintip sekilas mengenai pribadi keduanya sekaligus menyaksikan re-kreasi momen (dan foto) ikonik dari sang legenda: Dean di salon, di kampung halamannya, dan tentu saja di Times Square. Komposisinya nyaris akurat, setidaknya dilihat dari foto orisinalnya yang ditampilkan pada credit title.

Untuk menonton film ini, anda mungkin membutuhkan beberapa "amunisi" karena naskah dari Luke Davies tak menyediakan eksposisi karakter yang mumpuni. Stock adalah fotografer yang berada di balik foto terkenal James Dean. Dan jika anda telah membaca hingga kalimat ini, saya berasumsi bahwa anda tentu tahu siapa James Dean. Keduanya bertemu di pesta yang diadakan oleh Nicholas Ray, pasca film East of Eden dirilis dan Dean (Dane DeHaan) menunggu kabar audisi untuk Rebel Without a Cause.


Robert Pattinson bermain sebagai Stock, fotografer muda yang mengejar karir profesional di Los Angeles dengan meninggalkan anak dan istrinya di New York. Jenuh dengan pekerjaannya memotret foto red carpet, Stock melihat ada sesuatu yang menarik dari rising star, James Dean dan ingin memanfaatkannya sebagai bantu loncatan. Di lain pihak, Dean pun ingin menggunakan momentum ini untuk mendongkrak karirnya di dunia perfilman. Sebelum anda kecewa, film ini berakhir beberapa bulan sebelum tragedi kecelakaan yang menewaskan Dean.

Saya melihat dua orang ini sama-sama rapuh dan berusaha mencari tempat di dunia nyata dengan caranya masing-masing, kesamaan yang membuat keduanya terikat mendekati akhir film. Dean adalah bintang baru yang ingin meraih popularitas lebih, tapi tak mau mengikuti pakem yang telah dirancang oleh petinggi studionya, Jack Warner (dimainkan dengan singkat namun berkesan oleh Ben Kingsley). Stock punya masalah karir yang lebih ringan dengan desakan dari bosnya (Joel Edgerton), tapi konflik personalnya lebih pelik saat hubungannya dengan sang anak tak begitu baik. Davies mencoba menyelipkan sedikit sentimentalisme termasuk saat Dean pulang kampung dan menghabiskan waktu bersama keluarganya meski subplot ini terasa datar.

DeHaan dan Pattinson memberikan usaha yang maksimal (khususnya DeHaan yang menampilkan pembawaan Dean dengan baik, meski hanya punya sedikit kesamaan fisik), namun keduanya tak punya daya tarik yang membuat karakternya menonjol.

Sebelumnya Corbijn dikenal sebagai fotografer. Portfolionya termasuk beberapa musisi terkenal seperti Bjork dan U2. Ia menunjukkan talentanya dalam merangkai komposisi gambar yang sangat stylish, hampir di setiap adegan. Dalam Life, visual tampil lebih menarik dibanding narasi. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'Serena' |
|

IMDb | Rottentomatoes
111 menit | Dewasa

Sutradara Anton Corbijn
Penulis Luke Davies
Pemain Robert Pattinson, Dane DeHaan, Ben Kingsley

sumber : http://www.ulasanpilem.com/2016/01/review-life-2015.html

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar