Review Tom clancy`s the division.

Diposting oleh Unknown on Jumat, 21 Oktober 2016

Setelah melalui penantian panjang dari trailer pertama yang diperkenalkan pada E3 2013, trailer sinematik terbaik yang dipertontonkan pada E3 2014, dan harus bersabar terhadap beberapa kali penundaan yang terjadi, Ubisoft akhirnya merilis Tom Clancy’s The Division pada tanggal 8 Maret 2016 lalu serentak untuk PS4, Xbox One, dan PC.
The Divison adalah sebuah game shooter dengan unsur taktis dan RPG di dalamnya. Apabila kamu familier dengan Destiny, maka saya yakin kamu sudah tidak akan asing lagi dengan konsep yang diusung dalam The Division.
Lalu, apakah The Division dapat menjadi sebuah game yang cocok untuk kamu habiskan berjam-jam dalam memainkannya? Sebelum memutuskan untuk menarik tabunganmu dan membeli game ini, simak terlebih dahulu ulasannya berikut ini.

Ketika Skyrim Bertemu dengan Battlefield

Cerita di dalam The Division sendiri terinspirasi dari kejadian nyata bernama Operation Dark Winter yang dilaksanakan oleh pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2001 untuk melakukan simulasi penanggulangan terhadap serangan bioterorisme.
Game ini menceritakan bahwa apa yang ditakutkan pemerintah dalam Operation Dark Winter benar-benar terjadi setelah virus artifisial bernama Green Poison menyebar melalui lembaran uang pada saat Black Friday, hari diskon terbesar di Amerika Serikat.
Review The Division | Screenshot 1
Dalam waktu satu hari saja, seantero Amerika Serikat mengalami pandemik, dengan Manhattan sebagai kota yang mengalami akibat terparah dan diduga sebagai sumber dari bencana yang sedang menimpa ini.
Di dalam game ini, kamu akan berperan menjadi seorang agen dari organisasi khusus bernama Strategic Homeland Division, atau disingkat The Division. Organisasi ini dibentuk dan diaktifkan untuk menanggulangi berbagai keadaan darurat yang dapat berujung kepada lumpuhnya infrastruktur negara, salah satunya adalah pandemik ini.
Dengan senjata yang canggih, kamu ditugaskan untuk menjelajahi kota Manhattan guna mencari tahu apa dan siapa yang menyebabkan pandemik ini, sendirian atau bersama-sama dengan hingga tiga orang teman.
Review The Division | Screenshot 16
Kehadiran elemen RPG di dalam The Division jelas memberi angin segar terhadap cara bermain game shooter. Apabila selama ini kamu mengenal kebanyakan game shooter dengan cerita yang linear dan kemampuan karakter yang memang sudah diatur secara default, hal yang berbeda akan kamu lihat dalam game ini.
The Division adalah sebuah game open world dengan berbagai misi utama dan sampingan yang dapat kamu lakukan secara paralel. Artinya, kamu tidak harus menyelesaikan misi yang satu untuk menjalankan misi lainnya. Setiap menyelesaikan sebuah misi, game ini akan memberikanmu petunjuk yang semakin memperjelas asal usul virus Green Poison dan siapa dalang di baliknya.
Layaknya RPG pada umumnya, kamu dapat mengkreasikan karaktermu sendiri. Sayangnya, fitur pembuatan karakter ini menyediakan pilihan yang cukup terbatas. Kamu tidak bisa membuat karakter yang diinginkan sebebas game buatan Bethesda seperti Fallout 4 atau The Elder Scrolls V: Skyrim. Alhasil, saya merasa kesulitan untuk menciptakan sebuah karakter yang mirip dengan diri saya sendiri.
Review The Division | Screenshot 3
The Division memberikan kebebasan untuk menentukan gaya bermain yang cocok dengan masing-masing pemain. Kamu dapat memilih dan mengombinasikan kemampuan unik dari tiga kelas berbeda, yaitu Medical, Technology, atau Security dalam pertempuran.
Kelas Medical memiliki kemampuan yang berfokus menyembuhkan anggota tim. Kelas Technology memiliki beragam gadget canggih seperti turret, granat tempel, dan ranjau yang mampu mencari targetnya secara otomatis. Sedangkan kelas Security adalah orang terdepan dalam pertempuran dengan kemampuannya yang defensif.
Review The Division | Screenshot 3
Kamu dapat mempelajari dan mencoba kemampuan kelas lainnya ketika telah mengumpulkan sejumlah skill point dengan menyelesaikan beberapa misi utama dan sampingan.
Selain kemampuan, kamu juga memiliki tiga status utama yang harus diperhatikan ketika berperang di luar sana. Tiga status tersebut adalah Firearms, Stamina, dan Electronics.
Firearms akan mempengaruhi jumlah DPS (damage per second) yang dihasilkan senjatamu. Semakin tinggi Stamina yang dimiliki, maka akan semakin besar pula HP karaktermu. Lalu Electronics akan mempengaruhi seberapa efektif kemampuan yang kamu gunakan dalam permainan.
Review The Division | Screenshot 5
Tiga status ini akan meningkat seraya dengan naiknya level karaktermu. Setiap perlengkapan yang kamu kenakan dapat ikut meningkatkan status tersebut. Tentu saja semakin tinggi kualitas perlengkapannya, maka akan semakin tinggi pula penambahan nilai statusnya.
Dengan berbagai macam kombinasi kemampuan serta status utama, kamu tentunya dapat bereksperimen membuat peran karaktermu sendiri. Ketika menulis artikel ini, saya adalah seorang prajurit medis dengan damage tinggi untuk membantu rekan satu tim yang terkena supression fire, atau saya sendiri suka menyebutnya dengan covering support.
Kamu bisa saja menciptakan karakter dengan peran yang tidak biasa. Misalnya, kamu bisa menjadi seorang penembak jitu yang malah berada di depan garis pertahanan musuh atau seorang ahli peledak sekaligus tanker dengan HP serta armor tebal. Game ini benar-benar memberikanmu kesempatan untuk menjadi apa saja yang kamu inginkan.

Atur Strategi dengan Baik, Jangan Sampai Salah Melangkah

Saya sangat menikmati mekanisme permainan di dalam The Division, namun dengan satu syarat bahwa saya tidak bermain sendirian. Sejatinya, The Division memang didesain sebagai sebuah game MMO (Massive Multiplayer Online). Tingkat kesulitan di dalam The Division pun dirancang untuk tidak dimainkan seorang diri, meskipun kamu bisa menamatkannya sendirian dengan sangat bersusah payah.
Review The Division | Screenshot 4
Apabila kamu bermain bersama dengan orang lain, permainan akan terasa jauh lebih menyenangkan dan tingkat kesulitannya pun terasa pas. Terlebih lagi apabila bermain menggunakan mikrofon atau headset, kamu dapat mengomunikasikan strategi yang ingin diterapkan dengan rekan satu tim, mulai dari melakukan ambush, meminta covering fire, berpindah posisi, hingga meminta pertolongan ketika kamu kritis.
The Division menuntut pemosisian karakter dan penggunaan tempat berlindung (cover) yang tepat di arena pertempuran. Kamu tidak bisa memainkan game ini dengan asal maju dan menembak saja, melainkan harus betul-betul memikirkan posisi karakter dan tempat cover yang strategis untuk menyapu bersih satu persatu musuh yang datang.
Hasilnya, The Division mampu menjadi game shooter yang memberikan pengalaman seru serta menegangkan. Pergerakan dari satu cover ke yang lainnya dapat menjadi penentu hidup atau mati kamu. Salah langkah sedikit saja, HP penuh kamu akan langsung kritis berkat bidikan dari penembak jitu elite atau malah terkepung musuh.
Review The Division | Screenshot 6
Meskipun pertempuran yang terjadi mampu membuatmu seakan-akan sedang berada di sana, namun dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa gameplay The Division sangatlah repetitif. Setiap misi memiliki pola dan kurang lebih cara yang sama untuk dapat kamu selesaikan.
Dalam hampir setiap misi yang ada, kamu hanya perlu membunuh semua musuh yang datang untuk menyelesaikannnya. Entah apapun itu tujuannya, menghabiskan semua musuh adalah suatu keharusan. Berawal dari pasukan musuh standar yang mudah untuk dikalahkan, lalu menjumpai beberapa musuh veteran di tengah-tengah misi, hingga akhirnya musuh elite dengan armor yang begitu tebal muncul di akhir misi.
Review The Division | Screenshot 7
Untungnya, The Division memberikan kamu panggung yang begitu luas dan dinamis untuk dijelajahi. Petualanganmu akan senantiasa diisi dengan perjumpaan tidak sengaja dengan empat fraksi musuh yang berkuasa di Manhattan, yaitu Rioters, Rikers, Cleaners, dan yang terkuat adalah Last Man Battalion (LMB) yang dilengkapi dengan senjata kelas militer.
Terkadang, warga sipil juga akan mendatangi kamu untuk meminta sebuah consumable item. Sebagai imbalan telah menolong warga yang membutuhkan, kamu akan mendapat sebuah equipment untuk membuat karaktermu terlihat berbeda dan tentunya lebih keren.
Menjelajahi kota Manhattan yang digambarkan dengan sangat baik oleh Massive Entertainment akan memberimu pengalaman unik dan tidak terlupakan. Saya belum dapat menemukan game lain yang mampu mempresentasikan latar kota metropolitan yang telah kehilangan peradabannya dengan baik seperti The Division.

Dark Zone yang Benar-benar Mati

Apabila kamu mengakses menu peta di dalam permainan, kamu akan melihat sebuah daerah dengan warna merah di tengah-tengah Manhattan yang luas. Daerah tersebut adalah Dark Zone, sebuah tempat di mana kamu tidak bisa mempercayai orang lain selain diri sendiri dan teman-teman yang sudah kamu kenal dengan baik.
Review The Division | Screenshot 11
Ketika kamu memutuskan untuk masuk ke dalam Dark Zone, suasana seketika berubah mencekam. Dark Zone bagaikan sudut kota Manhattan yang telah mati total. Di dalamnya hanya ada empat fraksi musuh dalam jumlah yang sangat banyak serta pemain lain yang juga ikut mengadu nasib di sini. Saya tidak menganjurkan kamu untuk menjelajahi Dark Zone sendirian, setidaknya carilah satu orang teman untuk ikut bertualang bersama-sama.
Seperti game MMO pada umumnya, Dark Zone adalah lokasi PvP (mode di mana pemain dapat membunuh pemain lainnya) di dalam The Division. Di sini, semua yang bergerak dapat kamu tembak dan bunuh, baik itu musuh yang dikendalikan oleh AI, pemain lainnya, bahkan teman sendiri. Ya, teman kamu sendiri.
Apabila kamu berpikir bahwa Dark Zone adalah tempat di mana terjadi hal-hal yang seru dan menyenangkan, saya dengan berat hati harus berkata bahwa asumsimu salah.
Review The Division | Screenshot 10
Dark Zone memang arena PvP yang cukup membuat jantung berdebar dan senantiasa was-was karena bisa saja karakter kamu masuk ke dalam jarak tembak penembak jitu atau perangkap ambush pemain lain.
Namun, tidak ada aktivitas menarik di sini selain setengah mati mengumpulkan DZ Funds untuk membeli cetak biru perlengkapan dan senjata high end, dan meningkatkan DZ Rank untuk dipamerkan semata.
Ironisnya, setelah karakter kamu menginjak level maksimal (level 30), DZ Funds tidak lagi signifikan di dalam permainan. Kamu bisa menggunakan Phoenix Credits yang mudah didapat di luar Dark Zone untuk menggantikan DZ Funds sebagai mata uang ketika membeli cetak biru perlengkapan dan senjata high end tersebut.
Review The Division | Screenshot 12
Review The Division | Agent 3
Hingga saat ini, saya masih belum paham akan tujuan sebenarnya Dark Zone. Tidak banyak hal yang bisa kamu lakukan di sini selain grinding senjata dan perlengkapan terbaik yang nantinya kamu gunakan hanya untuk membunuh pemain lainnya dan menunjukkan bahwa kamu lebih dominan dari mereka.
Tidak ada tujuan berarti yang bisa kamu lakukan di dalam Dark Zone selain membunuh pemain lain dan merampas barang-barang mereka yang sudah tidak lagi bernilai ketika kamu telah menamatkan game ini.
Dark Zone adalah sebuah panggung yang tidak dipentaskan dengan maksimal. Ketika kamu memutuskan untuk masuk ke dalamnya, beberapa menit kemudian kamu akan merasa bosan dan ingin cepat-cepat keluar dari sana. Tidak ada Dark Zone pun, saya merasa pengalaman kamu dalam bermain The Division tidak akan berubah sama sekali.

Audio Visual Bintang Lima

Di luar gameplay yang repetitif dan kekosongan Dark Zone, Ubisoft Massive sebagai developer telah menggarap grafis serta audio di dalam game ini dengan sangat baik. Perlu saya akui bahwa grafis yang dipresentasikan oleh The Division begitu apik dan terlihat nyata.
Review The Division | Screenshot 8
Meskipun terdapat penurunan kualitas grafis untuk console dibandingkan dengan PC, namun saya masih merasa bahwa keadaan Manhattan yang carut-marut telah digambarkan dengan apik di kedua platform.
Petualangan kamu mengontrol situasi yang tidak terkendali di Manhattan pun akan semakin khidmat dengan alunan musik dari Ola Strandh, seorang komposer senior Ubisoft Massive yang sebelumnya juga pernah menciptakan nada-nada untuk World in Conflict dan World in Conflict: Soviet Assault.
Penempatan musik untuk setiap suasana pun terasa pas. Ketika sedang di dalam pertempuran sengit, The Division akan memutar musik yang sesuai dengan apa yang kamu hadapi. Bahkan, tidak jarang lantunan musik yang ada akan semakin menambah keseruan bermain dan bahkan melibatkan emosi di dalamnya.
Review The Division | Screenshot 9
Dengan grafis yang memukau serta alunan musik yang memperkaya atmosfer di dalam permainan, The Division mampu membuat bulu kuduk saya berdiri. Kombinasi dua elemen yang sempurna ini akan membuatmu selalu rindu dengan suasana paska kiamat kota Manhattan.

Kesimpulan

The Division bukanlah game yang cocok dimainkan oleh semua kalangan. Pertama, kamu harus bisa menerima bahwa The Division adalah sebuah MMO, bukan sekadar game action dan shooter belaka dengan alur cerita yang linear. Jadi, kamu harus siap melakukan sedikit grinding untuk dapat melanjutkan progres cerita.
Kedua, sebelum membeli game ini, pastikan kamu memiliki teman bermain untuk bisa menikmatinya secara maksimal. Selain tingkat kesulitan yang memang didesain untuk tidak bermain sendirian, kamu baru dapat merasakan serunya mekanisme pertarungan dalam The Division apabila kamu memiliki sebuah tim yang kompak dan solid.
Review The Division | Screenshot 14
Presentasi visual dan audio yang game ini suguhkan mampu mengobati sedikit kekecewaanmu atas gameplay yang cukup repetitif. Selagi kamu (lagi-lagi) menggagalkan rencana jahat Rikers dan LMB dengan senjata dan kemampuan yang itu-itu saja, arahan musik dari Ola Strandh juga dapat memperkuat atmosfer yang kamu rasakan dalam permainan.
Bagi kamu yang ingin mencari pengalaman dan suasana baru dalam memainkan game shooter, The Division adalah game yang tepat. Namun, kamu harus benar-benar memikirkan dua hal yang sudah saya sebutkan sebelumnya dengan matang sebelum merogoh kocek yang cukup dalam untuk menebus game ini.
sumber : techinasia

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar